Singapore, Shopping & Sex - 1
Minggu 1
Hari Senin jam 8:35 pagi, saya terlambat ke kantor karena ada rapat jam 8:30. Entah orang gila mana yang mempunyai ide bikin rapat jam 8:30. Saya bergegas memarkirkan mobil saya di garasi kantor dan lari ke lift. Lift terbuka dan saya langsung masuk. Di lift ada 1 wanita dan 2 pria. Saya perhatikan si wanita dan melirik ke ID tag yang disematkan di kantong blazernya, saya membaca nama bank asing yang besar dan ternama tapi saya tidak bisa membaca namanya. Saya belum pernah melihat wanita ini sebelumnya, mau kenalan boleh juga tapi berhubung sudah terlambat untuk rapat begitu pintu lift terbuka saya langsung berjalan tergesa-gesa ke arah tower 1.
Hari Kamis jam 15:50, saya merasa ngantuk sekali. Akhirnya saya memutuskan untuk ngopi di café di lobby tower 1. Tiba di café, saya pesan cappuccino dan mencari tempat duduk. Saya melihat sekeliling saya dan melihat wanita manis di lift hari Senin yang lalu. Ia sedang minum kopi sambil membaca sesuatu. Ia mengenakan blazer dan rok hitam pin stripe, stoking hitam dan syal merah tua yang dililit di leher. Kulitnya putih, hidungnya mancung, dan bibirnya merah. Kelihatannya ia merasa sedang diperhatikan, ia melirik ke saya dan menatap saya. Saya tersenyum kepadanya dan ia membalas senyuman saya lalu kembali membaca. Akhirnya saya membawa cangkir kopi saya dan menghampirinya.
“Halo, boleh saya temani minum kopi?”
Ia mendongak kearah saya dan tersenyum.
“Silakan” katanya.
“Saya Arthur”
“Saya Vonny (bukan nama asli)”
Kami bertukar kartu bisnis. Vonny adalah seorang manager marketing produk reksadana. Kebetulan sekali karena saya adalah seorang manajer investasi sehingga pembicaraan kita langsung diseputar dunia pasar modal. Jam 17:00 Vonny harus kembali ke kantornya karena ada rapat. Saya menawarkan untuk janjian makan malam.
“Boleh saja, bagaimana kalau hari Jum’at malam?” kata Vonny.
“Oke” sahut saya.
Hari Jum’at malam sepulang kantor, saya dan Vera makan malam di Blow Fish. Kami saling berbagi cerita dan informasi tentang reksadana, saham dan obligasi. Selesai makan, saya antar Vonny kembali ke kantor karena mobilnya ditinggal digarasi kantor.
Minggu 2
Hari Sabtu, Vonny menelepon saya dan mengajak nonton. Saya menawarkan untuk menjemputnya dirumah. Setiba dirumah Vonny di kawasan Pondok Indah, kami pergi ke Pondok Indah Mall dan nonton film. Selesai nonton film, dilanjutkan dengan makan malam di Paprika dan saya antar dirinya pulang. Vonny cantik sekali tapi terus terang saya belum ada keinginan untuk mengajaknya tidur, entah kenapa perasaan saya seperti tertahan.
1 Agustus 2003
Saya sudah 2 minggu tidak nge-date dengan Vonny karena sedang sibuk, palingan kita berdua janjian makan siang di restaurant di kantor atau malamnya ngobrol lewat telepon.
“Pak, tiket ke Singapore sudah confirmed tanggal 9 Agustus jam 9 pagi dan pulang tanggal 10 Agustus jam 10 pagi” kata Sekretarisku.
Oh shit, saya lupa tanggal 9 Agustus adalah pesta pernikahan teman baikku di San Francisco. Jeffry Wong (orang Singapore) akan menikah dan ia mengundang saya untuk menghadiri pernikahannya. Saya mencari kartu undangannya dan membacanya. Ternyata dress code untuk pria adalah tuxedo dan untuk wanita adalah night gown. Pestanya akan diadakan disebuah taman di daerah Jurong. Pulang kerja, saya langsung ke Plaza Indonesia untuk membeli tuxedo plus atribut lainnya.
9 Agustus 2003
Saya tiba di Changi Airport dan langsung ke Mandarin Hotel untuk check-in. Waktu masih menunjukkan pukul 10 pagi, saya memutuskan untuk jalan-jalan di Orchard Road. Sambil berjalan, saya melewati sebuah toko buku yang besar lalu saya masuk kedalam untuk mencari buku-buku bisnis. Jam 13:00, saya kembali ke hotel sambil menenteng tas plastik berisi beberapa buku yang saya beli plus dasi dan kemeja. Tiba-tiba di lobby ada yang memanggil saya.
“Arthur?”
Saya menengok, ternyata Vonny! Si Vonny sedang berjalan dibelakang saya sambil membawa beberapa tas belanjaan yang cukup besar.
“Halo Vonny, sedang ngapain disini?” tanya saya dengan heran campur senang.
“Saya ada undangan kawinan, kamu ngapain?” jawab Vonny.
“Loh, saya ada undangan kawinan juga. Siapa teman kamu yang nikah?”
“Teman saya dari Melbourne, namanya Lisa”
“Calon suaminya Jeffry ya?” tanya saya dengan heran.
“Loh? Iya betul! Teman dari mana?” tanya Vonny.
“Dia teman saya dari Amerika. Kamu tinggal disini juga?”
“Iya” jawab Vonny.
“Hahaha, tau begini kan kita bisa berangkat sama-sama dari Jakarta” saya tertawa lebar.
“Nanti sore berangkat jam berapa?” tanya Vonny.
“Jam 3 saja. Saya sudah sewa mobil karena lebih praktis. Ikut saya saja ya”
“Boleh. Saya siap-siap dulu ya nanti ketemu di lobby” jawab Vonny.
Jam 3 sore tepat, Vonny sudah siap di lobby. Vonny kelihatan cantik sekali. Ia mengenakan night gown warna hitam. Belahan dadanya agak rendah sehingga terlihat belahan payudaranya. Payudaranya sendiri cukup besar. Pantatnya cukup terlihat sexy dibalik night gown itu. Saya sendiri mengenakan tuxedo yang baru dibeli minggu lalu. Mobil yang saya sewa berikut supirnya telah siap. Kami langsung diantar ke tempat resepsi di daerah Jurong. Perjalanan memakan waktu sekitar 25 menit, beruntung saya sewa supir karena saya tidak mau bersusah payah mencari-cari tempat resepsi ini.
Tempat resepsi dibuat ala taman Romawi. Tenda besar berwarna lembut ditempatkan ditengah taman dan disediakan untuk makan malam. Beberapa pemain biola, bass, klarinet bermain diatas panggung. Pohon-pohon yang rindang digantungi lampion-lampion dengan lampu warna warni. Sudah cukup banyak tamu yang datang dan kelihatannya sang pengantin belum tiba. Jam 16:00 tepat sang pengantin tiba. Acara dimulai dengan sambutan dari man of honor disusul dari bride’s maid. Tamu-tamu lalu dibagikan champagne dan bersulang dipimpin oleh man of honor. Sepanjang acara, si Vonny berdiri terus disamping saya. Akhirnya makan malam dimulai, tamu-tamu menempati meja-meja bundar dibawah tenda. Sang pengantin berjalan berkeliling menyalami para tamu.
“Arthur, my man! Thanks for coming” kata Jeffry.
“Anything for you dude, anything for my buddy” sahut saya sambil memeluk Jeffry.
“Vonnyy.. You’re so lovely. Thanks for coming” jerit si Lisa.
Vonny langsung memeluk Lisa dan mencium pipinya.
“Is this your boy friend?” tanya Lisa sambil melihat saya.
“Ini teman saya, kebetulan kita saling mengenal” jawab Vonny.
Acara makan malam dilanjutkan dengan acara dansa. Dansa diawali oleh pasangan pengantin diiringi lagu dari pemain string orchestra. Setelah itu, beberapa tamu pun menyusul ikut dansa. Vonny menarik tangan saya mengajak dansa. Kami berdansa sambil berpelukan. Ketika kami melewati Jeffry dan Lisa, Jeffry berseru “Looking good, Arthur”. Saya dan Vonny hanya tersenyum. Tak lama ada pasangan orang tua yang ikut berdansa sebelah kami berkomentar “Kalian pasangan yang mesra dan serasi”. Kembali saya dan Vonny tersenyum.
Akhirnya acara resepsi selesai jam 20:30. Para tamu menyalami dan berfoto dengan pengantin dan pamitan pulang. Saya dan Vonny pun pamitan setelah berfoto dengan pengantin. Dalam perjalanan pulang, Vonny kelihatan sedikit lelah, ia merebahkan kepalanya dibahuku sambil bercerita tentang Lisa. Cuaca di Singapore malam itu sangat cerah.
“Cuaca cerah banget. Sayang nih kalau langsung pulang. Kita jalan aja yuk di Orchard” kata saya.
“Boleh aja” jawab Vonny.
Saya minta diturunkan diujung jalan Orchard dan minta supir kembali ke hotel. Tak lupa saya beri tip kepada supir. Saya dan Vonny berjalan sambil bergandengan dan asyik bercerita tentang berbagai hal. Toko-toko yang masih buka kami lewati saja walaupun reklame SALE yang besar terpasang dimana-mana.
“Arthur, pulangnya hari minggu malam aja ya. Kamu kan naik Garuda, biar bisa sama saya” minta Vonny.
“Boleh, nanti saya ganti jamnya”
Setiba di hotel, Vonny mengajak saya untuk melanjutkan ngobrol dikamarnya. Sesampai di kamar, tangan kami masih saling menggenggam. Saya menatap mata Vonny lalu saya cium bibirnya. Vonny menunduk karena malu lalu saya angkat dagunya dan kembali mencium bibirnya. Vonny membalas ciumanku dan kita akhirnya berciuman dengan penuh gairah. Vonny melenguh dengan penuh nafsu sewaktu saya mengulum kupingnya. Saya membalikkan tubuh Vonny dan memeluknya dari belakang lalu kembali mencium kuping dan lehernya.
“Touch me Arthur, touch me” pinta Vonny.
Saya menyelipkan tangan saya kedalam belahan dada Vonny. Tampak puting Vonny yang sudah mengeras. Tangan Vonny sebelah kiri meremas kepala saya sedangkan tangan kanannya mengelus kontol saya. Tiba-tiba Vonny memutar tubuhnya dan melihat saya dengan tajam. Saya terperanjat.
“Duduk dikursi” kata Vonny.
Saya membuka jas saya dan duduk dikursi.
“Malam ini saya merasa sexy sekali. Ikuti perintah saya dan puaskan saya” kata Vonny dengan suara sedikit mendesah.
Vonny perlahan membuka ikatan night gownnya. Matanya tetap tertuju pada saya. Sambil meremas payudaranya, Vonny menarik bajunya turun. Jantung saya berdebar semakin kencang melihat tubuh Vonny yang hanya terbalut BH tipis warna hitam. Vonny tidak pakai celana dalam. Mata saya tertuju pada daerah kemaluan Vonny yang livin tidak berbulu.
“Jika perasaan sexy saya muncul, saya sering tidak mengenakan pakaian dalam supaya hasrat seks saya bisa muncul kapan saya mau” jawab Vonny dengan mata sayu.
Saya perlahan mencoba berdiri tetapi Vonny langsung mendorong saya untuk duduk.
“Duduk kamu. Kamu boleh pegang kalau saya kasih ijin” kata Vonny dengan galak (atau sok galak?).
Vonny duduk dipinggir tempat tidur. Punggungnya ia rebahkan ditempat tidur sedangkan kakinya terjuntai dipinggir tempat tidur. Kakinya ia buka lebar sehingga tampak vaginanya. Jari jemarinya yang lentik ia usapkan ke vaginanya. Ia membuka bibir vaginanya berwarna merah muda dengan jari telunjuk dan jari manis dan jari tengahnnya memainkan klitorisnya yang basah. Tangan kirinya membuka BHnya dan meremas payudaranya. Matanya terpejam merasakan sensasi yang ia buat pada dirinya sendiri. Suaranya melenguh dengan keras.
“Oohh.. Arthur, saya horny sekali” kata Vonny.
Ke bagian 2
0 komentar: to “ Singapore, Shopping & Sex - 1 ”
Posting Komentar